Bagi Habib Luthfi, memuliakan (ihtiram) hari kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad hukumnya wajib bagi setiap muslim. Kenapa? #admin
Karena ihtiram (memuliakan) hari kelahiran Kanjeng Nabi adalah wujud rasa syukur atas anugerah iman, Islam, dan Ihsan. #admin
Andai saja Kanjeng Nabi tidak lahir, mana mungkin umat manusia akan tahu apa itu Islam, Iman, dan Islam? #admin
Kenapa harus disyukuri? Kanjeng Nabi bersabda: “Barangsiapa tak bisa bersyukur kepada manusia, ia tak bersyukur pada Allah.” #admin
Perayaan maulid (kelahiran) Kanjeng Nabi sebagai rasa syukur merupakan argumen yang disampaikan oleh para ulama. #admin
Diantara ulama tersebut adalah: Imam Al-Suyuthi dalam Husn Al-Maqashid fi A’mal Al-Maulid, dan Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki. #admin
Tidak hanya bersyukur atas kelahiran Kanjeng Nabi, tapi lebih dari itu: umat manusia bersyukur atas petunjuk untuk menjadi beriman. #admin
Kenapa di masa Kanjeng Nabi tidak ada perayaan maulid? Sebagian orang memakai dalil ini untuk melarang maulid. Bahkan mengharamkannya. #admin
Kenapa tidak ada? Karena para sahabat hadir bersama Kanjeng Nabi, berkumpul dengan Nabi, shalat bersamanya, dan menjumpainya. #admin
Yang menjadi pekerjaan sahabat waktu itu adalah merekam sunnah Nabi dan sejarahnya untuk dikabarkan ke generasi setelah mereka. #admin
Alasan kedua, Kanjeng Nabi hampir dipastikan berpuasa pada hari senin. Kata beliau: “Senin adalah hari kelahiranku.” #admin
Kanjeng Nabi mengungkapkan rasa syukur atas hari kelahirannya dengan berpuasa. Hadits ini sahih dari segi sanad dan riwayat. #admin
Bagi para sahabat, dimana pada waktu itu mereka berjumpa dengan Kanjeng Nabi, mengingat sunnah dan sejarah beliau adalah mudah. #admin
Lantas bagaimana dengan generasi berikutnya, dan generasi-generasi setelah mereka, yang tidak pernah bertemu Kanjeng Nabi? #admin
Siapa yang akan menceritakan kepada mereka kisah dan sejarah Kanjeng Nabi setelah para saksi sejarah meninggal dunia? #admin
Al-Quran memang menceritakan pengangkatan beliau sebagai Nabi, tapi tidak lengkap kapan hari dan waktunya. #admin
Setelah para saksi mata meninggal dunia, maka generasi-generasi berikut akan merasa kesulitan untuk menceritakan, apalagi mengenang. #admin
Dlm Al-Quran, hanya terdapat 4 ayat yang mengisahkan Kanjeng Nabi. Karena itulah, perlu dikisahkan seperti Nabi Musa, Nabi Isa AS. #admin
Adapun haflah (perayaan) dari maulid Kanjeng Nabi, tidak lain dimaksudkan sebagai syiar Islam, agama yang dibawa Kanjeng Nabi. #admin
Logikanya, jika menjadi anak presiden sudah pasti bangga (padahal jabatan dunia), bagaimana dengan menjadi umat Nabi Muhammad? #admin
Jika mencatat biografi Kanjeng Nabi adalah bid’ah, maka akta kelahiran bukankah jauh lebih bid’ah? #admin
Kata “wajib” dalam istilah “wajib belajar 12 tahun” tidak semakna dengan “wajib sholat”; menganggapnya wajib sebagaimana shalat. #admin
Kewajiban maulid Nabi pun tidak semakna dengan “wajib sholat”. Tidak ada dosa ketika ditinggalkan. #admin
Kalimat “perayaan Maulid” atau “merayakan Maulid” tidak ada tendensi bahwa ia adalah perayaan lain setelah Idul Fitri & Idul Adlha. #admin
Dari hadits jelas disebutkan bahwa “perayaan Islam” hanya ada 2: Idul Fitri dan Idul Adlha. Persoalan semantik ini menimbulkan perselisihan.
Sebagian orang menyangka perayaan maulid adalah perayaan baru, sehingga ia dibidahkan. Hal ini yang disayangkan Sayid Muhammad Al-Hasani.
Tidak perlu kuburan terus yang jadi kambing hitam; Anda percaya sakit kepala disembuhkan obat itu sudah syirik namanya. #admin
Tidak perlu kuburan terus yang disalahkan; Anda yakin jika tidak kerja bisa bikin kelaparan itu sudah syirik namanya. #admin
Anak-istri dididik tauhid, fiqih, dan tajwid (ilmu agama Allah), namun tidak diperkenalkan rasul Allah, akibatnya rumah jadi kering. #admin
Bagaimana mungkin bisa disebut mencintai Allah jika tidak mencintai rasul-Nya?
Jika mempelajari risalah yang dibawa Kanjeng Nabi adalah hal yang wajib, bukankah menghormati pembawa risalnya jauh lebih wajib? #admin
Sumber: Twitter Habib Luthfi Yahya, @HabibluthfiYahy, 12 dan 14 Januari 2016.